Orang Babilonia menganut politeisme atau menyembah banyak dewa.
Kepercayaan
Babilonia banyak dipengaruhi oleh kepercayaan Sumeria. Orang Babilonia
membangun banyak tempat pemujaan buat dewa yang mereka sembah.
Terdapat banyak mitos yang mengiringi kepercayaan Babilonia seperti tentang penciptaan atau asal mula kehidupan di bumi.
Sebagai
contoh, Epos Gilgames, yang mengisahkan tindakan dewa-dewa dalam
penciptaan, merupakan salah satu sastra penting Mesopotamia.
Menurut kepercayaan Babilonia, semua dewa merupakan keturunan dari Apsu dan Tiamat.
Menurut
legenda, dewa-dewa Babilonia tidak bisa mengendalikan anak-anak mereka
sehingga terjadi pemberontakan yang berakhir ketika Ea membunuh Apsu
sementara Tiamat tidak melakukan apapun.
Setiap generasi
berikutnya dari dewa Babilonia dianggap lebih unggul dari dewa
sebelumnya yang berpuncak pada Marduk, dewa kebijaksanaan, yang menjadi
penguasa para dewa.
Orang Babilonia merayakan kematian dan kelahiran kembali Marduk setiap tahun sebagai bagian dari kepercayaan mereka.
Dikisahkan, Marduk akhirnya mengalahkan Tiamat dan setelah itu menciptakan dunia bersama dengan manusia yang hidup di dalamnya.
Hubungan kekerabatan dewa-dewa Babilonia cukup kompleks. Namun ada beberapa yang layak disimak.
Sin, misalnya, adalah dewa bulan, dan ayah dari Shamash, dewa orang miskin dan wisatawan.
Nintu dan Anu keduanya menciptakan dewa, serta kemampuan menciptakan angin.
Damkina dipercaya sebagai dewi bumi, dan merupakan istri dari Ea, dewa kebijaksanaan yang juga mengawasi seni.
Mummu adalah dewa lain yang terkenal sebagai pengrajin. Enlil merupakan dewa udara yang juga mengendalikan cuaca.
Ishtar,
dewi cinta dan perang, menjadi terkenal karena merambah ke dunia bawah
(underworld) untuk mendapatkan kekasihnya kembali.
Menarik untuk
dicatat bahwa sementara cinta dan perang tampaknya bertentangan di mata
masyarakat modern, Ishtar bukan satu-satunya dewi cinta dan perang di
kawasan Laut Tengah.
Hal ini menunjukkan bahwa peradaban awal di
daerah ini mengakui adanya emosi intens yang menyertai kedua pengalaman
cinta dan perang.
0 comments:
Post a Comment